Rabu, 09 April 2014

JURNLISTIK BERMUKA DUA

ika ditanya saatini, junalisme yang idealis maka saya katakan adalah jurnalisme mahasiswa.Yang jauhdari kepentingan apapun. Namun sebelum melangkah pada dunia jurnalistik yang membuat kita gelisah. Perlu dijelaskan macam-macam jurnalisme, jurnalistik investigasi, jurnalisme damai, jurnalisme sastra, jurnalisme profetik, jurnalitik radio, belakangan atau hari ini di Indonesia dikenal dengan istilah JURNALISTIK INFOTAINMENT.
Kehadiran jurnalitik infontainment, terlahir dari beberapa faktor, ekonomi dan politik. Sehingga dalam dunia jurnalistik, muncul istilah infotainment, yang mewarnai kinerja junalistik tanah air. Sebelum melangkah pada persoanalan dunia infotainment, ada baiknya dijelaskan arti dan fungsi jurnalistik. Journalistic berasal dari bahasa latin journal yang berarti megnumpulkan data. Journalist adalah orang yang melakukan pengumpulan data. Sedangakan journalism adalah paham tentang pengumpulan data. Jadi rang yang mengumpulkan data disebut journalis seperti penulis. Namun istilah tersebut, lebih melekat pada waratawan yang melakukan peliputan terhadap berita. Berbicara berita otomatis berbicara tentang media, disini fungsi jurnalistik dijalankan.
Sudah dijelaskan diatas, bahwa media yang ideal adalah media (pers) mahasiswa. Seiring perkembangan dengan berbagai serangan Negara dan pasar (dalamekonomi) keperntingan kelompok (dalampolitik) untuk tercapainya sebuah tujuan. Kondisi ini yang saat ini memperngaruhi perkembangan dunia jurnalistikdan menciderai citra wartawan. Sehingga yang terjadi fungsi media tidak sebagaimana mestinya, salah satu fungsi media adalah control social. Apalagi saat ini mendekati pesta politik, yang salah satu jurus jitunya adalah stasiun TV, AnTV dan TV One, MNC Group dan masih banyak yang lainnya. Belakangan ini, masyarakata Indonesia dibutakan oleh yang namanya informasi hiburan (infotainment) yang terkadang tidak edukatif. Membuat kita enjoy aja. Kondisi ini yang menjadi musuh dalam selimut, betapa besar peran media dalam membentuk karakter masyarakat.
Berbicara siaaran Televisi berisi hiburan tiap hari kita jumpai. Bahkan tidak hanya beberapa jam saja. Melainkan durasinya lebih lama ketimbang tayangan dari idealnya suatu media. Sehingga yang menjadi korban, pada umumnya adalah khlayak yang minim pengetahuan. Jadi, tidak salah ketika ada litratur mengatakan bahwa bangsa kita adalah bangsa konsumtif.
Sebelum mengupas kenapa Infotainment menjadi sorotan. Maka pelu diketahui sejarahnya. Konsep infotainment awalnyaberasal dari John Hopkins University (JHU), Baltimore, Amerika Srikat. Universitas yang terkenal dengan berbagai riset-riset kedokterannya tersebut memiliki jaringan organisasi nirlaba internasional yang bergerak dalam misi kemanusiaan meningkatkan kesejahteraaan ummat manusia melalui berbagai aspek kesehatan. Misi kemanusiaan JHUdi bidang kesehatan didukung oleh Center of Communication Program (CCP) yang bertugas mengkomunikasikan pesan-pesan kesehatan guna mengubah prilaku kesehatan masyarakat. Untuk itu pakar komunikasi (Everet M. Rogers) di CCPmerumuskan berbagai metodepenyampaian pesan-pesan kesehatan yang secara efektif dapat engubah prilaku positif. Salah satu konsep yang dihasilkan adalah infotainment.
Informasi yang hanya disampaikan sebagaimana adanya sedikit tidak membuahkan hasil. Maka dibuatlah pancingan untuk mengambil hati masyrakat. Kemudian disusupkanlah entertainmet (hiburan) yang menarik perhtian masyarakat ditengah-tengah penyampaian information (informasi).dari sini muncul istilah infotainment, yaiutu kemasan acara informative namun dibungkus dan disisipi dengan entertainment untuk menarik perhatian khalayak sehingga informasi sebagai pesan utamamanya dapat diterima.
Setelah infotainment masuk ke Indonesia. Bereda lagi peran dan fungsinya, yaitu bersifat komersil. Kemudian bermunculan, yang sifanya komesrsil televisi menwarkan berbagai program hiburan, seperti X-Factor, Indonesian Idol, Talk Show, Kuis dan sinetron. Sehingga, khalayak tertarik untuk menjadi bintang di televisi, yang kemudian menghadirkan berbagai ajang pencarian bakat. Dari sini kemudian fungsi ideal media kabur. Bagaimana tidak pekerja infotainment, tiap hari mensajikan berita tentag kehidupan selebritis, tidak hanya persoalan hidup perjalanannnya sebagai selebritis, tetapi kehidupan yang sangat privasi pun menjadidi sasaran tembak para pekerja infotainment. Sudah banyak selebrtis yang terkuak kehidupan pribadinya yang tidak semunya lehidupan pribadi slebtritis tertkuak. Baru-baru ini bagaimana wartawan infotainment mengejar-ngejar kehidupan Ayu Ting-Ting, sampai saat ini waratawan infotainment ingin mengetahui wajah anaknya. Yang lebih menyedihkan lagi, apabila wartwan infotainment, malam-malam masuk ke rumah seorang artis, lalu menggosip menyakan tentang hubungannya, walau sebenarnya tidak ada. Terlebih apabila artis yang ingin menebar sensasi mendulang popularitas. Sasaran empuk para pekerja infotainment.
Dari pemaparan diatas. Buku berjudul “ JURNALISTIK INFOTAINMENT: Kancah Baru Jurnalistk dalam Industri Televiusi” yang ditulis oleh Iswandi Syahputra, menguak kehidupan para pekerja infotainment dan production house. Yang mana sebagian isinya tertuang dalam ulasan-ulsan diatas. Buku ini sebagai kritik terhadap kinerja infotainment dan production house yang tidak bertanggung jawab. Yang hanya mementingkan komersil. Yang kemudia mengakburkan fungsi jurnalistik dalam Industri Televisi yang merupakan media yang sangat berpengaruh dalam kehidupan masyarakat.
Kesimpulannya bahwa kinerja jurnalistik di Indonesia boleh dikatakan bermuka dua. Maksudnya dari segi fungsinya. Tergantung production house-nya mau diarahkan kemana sebuah media dengan keinerja jurnalistiknya tersebut. Ketika mengintip isi buku tersebut, sesuai dengan apa yang dikatakan diatas, bahwa media yang tanpa kepentingan adalah media mahasiswa. Disinilah prktek jurnalistik yang sebenarnya. Tidak ada lain selain pembelajaran mengenal dunia jurnalistik.

Selasa, 30 Juli 2013

Paradigma Klasik: Pembunuh Karakter di Era Globalisasi

Modernisasi adalah kata yang sangat membudaya dan tidak asing ditelinga kita, yang kemudian melahirkan prilaku dan gaya hidup modern pula. Hanya saja, budaya tersebut tidak berlaku bagi masyarakat pedalaman di Indonesia, salah satunya pulau Madura. Dimana sebagian daerahnya Desa Pragaan Daya Dusun Batu Jaran RW/001 RT/001 Kecamatan Pragaan Kabupaten Sumenep, yang jauh tertinggal dari kota-kota lain. Melihat letak georafisnya, tidak seperti daerah masyarakat primtif yang ada dipedalaman Papua dan Sumatra. Hal itu bisa dilihat dari dua sektor yang sampai saat ini masih menjadi patologi dalam kehidupan masyarakat Desa Pragaan Daya Dusun Batu Jaran RW/001 RT/001 seiring perkembangan zaman yang bernama modernisasi yang berbungkus globalisasi.
Adapun sektor yang jauh tertinggal dari kota-kota lain, dan mudah kita lihat. Pertama, sektor ekonomi, banyaknya pengemis dengan berbagai motif, masyarakat perantau, dan masih banyak lagi pemuda yang mennjadi pengamen. Hal ini menunjukkan, bahwa ekonomi masyarakat Desa Pragaan Daya Dusun Batu Jaran RW/001 RT/001 masih lemah. Berbeda dengan kota-kota lain, salah satunya kabupaten Jember, yang dapat dijadikan perbandingan. Dimana dengan kondisi georafis sangat mendukung, sehingga sebagian besar penduduknya adalah agraris. Dan untuk kalangan pemuda, yang rata-rata minimal lulus SMA/SMU/SMK/MA, setidaknya mereka punya orientasi bekerja pada umumnya, untuk memenuhi kebutuhan hidup yang layak. Bagaiamna dengan Madura sendiri?, Disana terhamapar laut yang luas dan hasil laut yang melimpah hanya saja orang yang mampu menekuni, masih banyak dilakukan oleh masyarakat pantai. Dan Madura menempati posisi ke-7 hasil buminya, karena hamapran tersebut mengandung material minyak mentah. Kedua, sektor pendidikan, memang tidak dapat dipungkiri mayoritas penduduknya mengenyam pendidikan disekolah diniyah dan dipesantren yang ditanamkan sejak dini. Akan tetapi jika hanya sebatas itu, apakah mampu menjawab tantangan zaman seperti sekrang? Dengan kondisi yang telah dijelaskan diatas, hal ini paling memprihatinkan sebagai contoh adalah dusun Batu Jaran Desa Pragaan Daya Dusun Batu Jaran RW/001 RT/001 RW/RT 001/001 hingga pada tahun 2013 berkisar ± 10 orang yang mengenyam pendidikan diperguruan tinggi, yang sarjana masih 3 orang, paling banyak lulusan sekolah dasar dan rata-rata mereka menganggur. Kondisi tersebut setidaknya menjadi gambaran wajah pendidikan masyarakat Desa Pragaan Daya Dusun Batu Jaran RW/001 RT/001.
Dua sektor tersebut saling ketergantungan, logikanya kemajuan ekonomi tanpa ditopang oleh Sumber Daya Manusia (SDM) yang baik, maka tidak akan berjalan secara maksimal. Sehingga akhirnya berjalan apa adanya, tidak ada perubahan yang signifikan. Maka dari itu, dua persoalan tersebut, yang dinilai sangat vital bagi masyarakat Madura, khususnya masyarakat Desa Pragaan Daya Dusun Batu Jaran RW/001 RT/001, Kabupaten Sumenep, dipengaruhi oleh paradigma klasik yang sampai saat ini masih menjadi patologi sosial.
Patologi yang menimpa masyarakat tersebut adalah, dimana sampai saat ini – era modernisasi – masih menjadi paradigma klasik. Hal ini banyak terjadi pada mayoritas keluarga, terutama keluarga yang mempunyai anak perempuan. Mereka beranggapan, bahwa (1) seorang perempuan sekolah tinggi tidak akan menjadi apa, dan berasumsi perempuan itu hidupnya “dapur, sumur dan kasur”, paradigma seperti ini yang menjatuhkan martabat perempuan; (2) menjadi kehormatan tersendiri bagi sebuah keluarga, apabila anak perempuannya ada yang meminang. Karena jika ada seorang perempun yang belum mempunyai pasangan atau belum ada yang meminang, dianggap aib bagi keluarga tersebut; (3) menjalin ikatan keluarga merupakan kebahagiaan tersendiri. Walaupun kondisi antara kedua pihak, adalah sama-sama dalam kondisi ekonomi bawah. Maka yang terjadi, kebutuhan hidup masih dipikul oleh kedua pihak tersebut. berbeda dengan dijawa, yang lebih menuntut apabila seorang laki-laki ingin menikah harus matang luar dalam, setidaknya mempunyai pengahsilan. Kondisi ini samapai sekrang masih berlanjut; (4) ketika sudah merajut pernikahan, yang juga tidak dipikrikan secara matang, adalah banyakanya produksi anak yang tidak disesuaikan dengan kondisi kemampuan eknominya. Pada akhirnya, berdalih tidak punya kemampuan untuk menyekolahkan anaknya. Kebanyakan dari mereka beranggapan “ banyak anak banyak rejeki ”, namun fakta dilapangan tidak sesuai dengan slogan itu. Sehinngga kondisi klasik seperti mengemis, mengamen dan mernatau dirasakan oleh generasi berikutnya. Dan yang tidak asing dalam proses menjalin tali kekeluargaa, tidak melihat siapa lelaki yang ingin dijadikan pasangan untuk anak perempuannya. Ini kontras sekali dengan kondisi masyarakat jawa, salah satunya kota Jember, seorang lelaki, setidaknya mempunyai ekonomi yang baik. Walau kebanyakan menginginkan harus matang luar dalam – antara taraf pendidikan dan ekonominya harus seimbang –, di Desa Pragaan Daya Dusun Batu Jaran RW/001 RT/001 sendiri sangat jarang dilakukan oleh keluarga-keluarga didesa tersebut. Kambali, sudah bisa dipastikan, tidak bisa berbuat banyak, karena dipetik sebelum matang.
Kondisi keluarga yang mempunyai anak perempuan tersebut mempunyai dampak yang sangat signifikan. (1) dampak psikologis khususnya kaum perempuan sendiri, salah satu contoh yang seharusnya tidak boleh terjadi, seorang perempuan yang baru lulus sekolah dasar, sudah menimang anak, hal ini menjadi gambaran (a) perempuan tidak bisa berbuat apa dan punya obsesi yang baik (b) kehormatan adalah harga mati bagi keluarga yang mempunyai anak perempuan. Dari kasus tersebut, cukup menjadi gambaran, bahwa dalam keluarga tersebut pendidikannya lemah. Sehingga, hak dan cita-cita khusunya dan mayoritas adalah anak perempuan terpasung oleh paradigma klasik tersebut. Kondisi ini tidak jauh berbeda dengan kondisi tahun 80-an, yang kebanyakan anak perempuan nikah diusia dini. Secara tidak langsung dan mungkin menjadi rahasia, anak perempuan meneutup diri, ketika melihat seumurannya masih asyik bersekolah, bermain, bergaul, dan berkarya. (2) beban ekonomi. Karena, berkarya dan berkarir umunya lahir dari proses pendidikan itu. Akhirnya yang menjadi alternatif untuk menjaga stablitas hidup, adalah bergantung. Pertama, yang kebetulan sudah berkeluaraga, mayoritas masih menjadi beban keluarga kedua pihak dengan dalih biar kehidupan cucunya tercukupi dengan baik. Kedua, pilihannya antara mengamen dan mengemis, hal tersebut merupaka alternatif terakhir bagi yang kondisi ekonominya tidak memungkinkan untuk merantau. Dan ini dilakukan oleh kebanyakan orang yang fisiknya masih mampu bekerja dengan baik. Kondisi semakin hari semakin memprihatinkan jika tidak ada pemutusan generasi.
Dari deskripsi persoalan diatas, yang menimpa Desa Pragaan Daya Dusun Batu Jaran RW/001 RT/001, bisa diambil kesimpulan. Pertama, kondisi pendidikan sangat rendah dan lemah, karena masyarakatnya berasumsi sekolah tinggi tidak membuat seseorang kaya, yang smapai saat ini menjadi paradigma. Kedua, kondisi ikatan atar keluarga tidak tersentuh hukum, dan hal ini dalam satu dekade ini belum ada tindakan tegas, selain dari tabunya masyarakat tentang hukum juga aparat Desa yang mempunyai tanggung jawab penuh untuk menegakkan hukum tersebut. Dalam undang-undang diatur dengan jelas, tentang pernikahan dan pendidikan, dan sebagai bangsa berhak mendapatkan perlindunngan hukum.
Agar kondisi tersebut tidak membudaya dengan paradigma klasiknya, maka untuk melindungi anak, Pertama, ada lembaga hukum yang mampu mengayomi kondisi tersebut, khususnya pada anak yang seharusnya tidak berada dalam pradigma nenek moyangnya. Kedua, peran orang tua terhadap anak, diperlukan penyuluahan yang mampu mengentaskan ketabuhan masyarat desa tersebut, yang dengan ketabuhannya pada akhirnya anak menjadi korban – terpasung oleh paradigma klasik– di era yang seharusnya menjadi era anak lebih mempunyai daya saing disaat zaman menjadi ajang kompetisi. Ketiga, pemutusan generasi yang akhirnya menjadi pengemis. Keempat, menyediakan sanggar bagi pengamen-pemgamen.

Senin, 29 Juli 2013

The Journey of Student Part II

Adanya ilmu sosiologi karena memang sejatinya manusia merupakan makhluk sosial. Jadi juga seharusnya interakasi antara yang satu dengan yang lainnya. Karena tanpa hal demikian maka kelangsungan hidup bisa dipastikan hampa. Seakan terasa teralienasi dengan kehidupannya sendiri. Dengan terjadinya gesekan antar individu atau kelompok itulah kemudian dalam konteks islam sebaik-baiknya manusia adalah ketika bermanfaat bagi yang lainnya.
Menilik pada kehidupan mahasiswa, pemandangan yang sangat tidak asing dimata kita. Bahwa mayoritas mahasiswa lebih suka berkelompok, tidak sedikit hal ini banyak dimanfaatkan oleh mayoritas mahasiswa, salah satunya menjaga stabilitas keuangan dan diskusi-diskusi. Sahasrusnya memang seperti ini mahasiswa. Sehubungan dengan hal ini, tidak semua yang kita jadikan teman itu baik. Bukan tidak boleh bergaul dengan orang yang kurang baik tetapi dikhawatirkan terjerumus. Namun jika mampu membentengi diri maka bisa dijadikan referensi kehidupan. Menyikapi hal seperti itu sepatutnya mencari teman yang menjadi sahabat sebagaimana maqoola al hukama جَالِسْ اَهْلَ الصِّدْقِ وَالْوَفَاءِ ( bergaulah dengan orang yang jujur dan tepat janji ). Kata “جَالِسْ “ secara harfiah berarti duduklah, akan tetapi jika dikontekstulakan bermakna bergaulah. jadi, siapa pun itu pada dasarnya tidak suka berbohong dan tidak tepat janji, walau kadang kita sering dibohongi dan diingkar janji. Mengapa hukama menekankan agar bergaul dengan teman yang sedemikian rupa, karena tidak ada lain selain kita direndahkan, seolah-olah tidak punya harga diri.
Dalam kehidupa kita, sudah sering dengar mengenai kata cinta sejati dan sahabat sejati. Namun apakah kita tahu apa itu cinta sejati? Apa itu sahabat sejati?. Mengenai cinta sejati yang menjadi kiyasan adalah sebagaimana cinta Allah pada makhluknya dan seorang ibu pada anaknya. Dalam kehidupan kita saat ini mungkin masih blemu mampu mencapai pada derajat cinta sejati, setidaknya kita menjadi sahabat sejati. Seperti apakah sahabat sejati, apakah dengan mendaptkan sesuatu yang gratis? Atau berkorban tanpa pamrih? Ataukah always on for you ?. Terlepas dari itu semua, kembali hukama menjelaskan مَوَدَّةُ الصَّدِيْقِ تَظْهَرُ وَقْتَ الضِّيْقِ ( kecintaan seseorang tampak disaat dalam keadaan sulit ). Jadi, yang dikatakan sahabat sejati versi hukama adalah apabila kita dalam keadaan sulit, artinya selalu ada untuk kita disaat kita dalam keadaan sulit dan tanapa memikirkan untung rugi. Karena kebnyakan seorang sahabat, ketika dalam keadaan suka kita menganggap ini “ ini sahabat sejatiku “, tapi apa bila orang yang memberikan kemudahan kepada kita, terkadang kita cenderung ambil sukanya saja, sementara dukanya, “itu derita lho”.
Dari dua kaidah hukama diatas tidak lain merupakan telaah refleksi dan kontemplasi terhadap diri kita apakah kita sudah melakukan itu. Ibnu Athoillah berkata dalam kitabnya
لَاتَطْلُبْ مِنْهُ أَنْ يُخْرِجَكَ مِنْ حَالَةٍ لِيَسْتَعْمَلَكَ سِوَاهَا فَلَوْ أَرَادَكَ لَأَسْتَعْمَلَكَ مِنْ غَيْرِ أِخْرَاجٍ
Janganlah kamu meminta kepada Allah untuk mengeluarkanmu dari suatu keadaan agar Allah menggunakanmu pada keadaan yang lain. Jika Allah menghendaki Allah boleh menggunakan tanpa mengeluarkanmu.
Maksudnya adalah, kita tidak boleh memohon untuk dikeluarkan dari keadaan yang kita punya. Karena jika berkehdak tidak Allah menjadikan kita lebih baik tanpa mengubah kita pada keadaan yang lain. Inti dari perkataan Ibnu Athoillah, bawa kita harus ikhlas dalam takdirnya, dan berusaha sabar. Karena dengan sabar Allah pasti memberikan kebaikan apa yang kita tekuni. Dalam kehidupan kita sehari-hari, terkadang kita tidka lepas dari keinginan-keinginan yang kita tidak mampu memiliki sehingga dengan maksa pinjam kadang tanpa izin. Jika, kita ingin dimuliakan oleh teman kita, maka kita harus menghargai temnan kita.

The Journey of Student Part I

Pemerintah negara Indonesia masih punya pekerjaan yang belum terselesaikan, yaitu kemiskinan, kemiskinan bangsa Indonesia tidak hanya karena kemiskinan secara ekonomi tetapi juga moralitas bangsa. Namun yang memicu terjadinya kekerasan adalah kemiskinan ekonomi. Ketika kondisi demikian semakin berlarut dampaknya lumayan besar terutama dimasyarakat pedesaan dan kerasnya kehidupan kota, salah satunya adalah pemuda yang cenderung untuk tidak melanjutkan pendidikan. Dalam mencari penghasilan ini caranya yang berbeda, terkadang tidak menyadari posisinya.
إِرَادَتُكَ التَّجْرِيْدَ مَعَ إِقَامَةِ اللهِ إِيَّاكَ فِى الاَسْبَابِ مِنَ الشَّهْوَةِالخَفِيَّةِ، وَإِرَادَتُكَ الاَسْبَابَ مَعَ إِقَامَةِ اللهِ إِيَّاكَ فِى التَّجْرِيْدِ إِنْحِطَاطٌ عَنِ الْهِمَّةِ الْعَلِيَّةِ
Keinginanmu untuk melakukan at-tajrid (yaikni meninggalkan usaha-usaha mencari rezeki) sedangkan Allah mendirikanmu didalam al-asbab (yakni melakukan usaha-usaha mencari rezeki) adalah syahwat yang tersembunyi. Dan keinginanmu untuk (berkecimpung dalam) al-asbab sedangkan Allah mendirikanmu dalam at-tajrid pula adalah penurunan dari pada himmah (aspirasi) yang tinggi.
Saat ini kondisi itu dirasakan oleh kebanyakan mahasiswa yang secara ekonomi keluarga tidak mampu, tapi memunyai kemuan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Kondisi ini pun menjadi bagian dari perjalanan hidup mahasiswa khususnya mahasiswa perantau. Idealnya mahasiswa itu, tidak ada lagi selain belajar dan belajar. Kondisi ini pula yang membuat mahasiswa tersebut berfikir untuk mencari pekerjaan guna manyambung hidup ditanah rantau. Sementara dalam mencapai apa yang telah menjadi cita-cita awal mahasiswa memasuki kampus sudah ditancapkan dalam hati dan siap memikul dipundaknya. Salah satu maqolal hukama, menjadi renungan bagimahasiswa, “مَنْ سَارَ عَلَى الدَّرْبِ وَصَلَ“(barang siapa yang berjalan dijalannya maka akan berhasil). Kata “من” mempunyai bernacam makna salah satunya pelajar atau mahasiswa. Jika apa yang diinginkan dalam belajar tercapai dengan sukses maka harus sesuai dengan jalannya-lurus jangan menoleh pada hal yang akan menghambat perjalanan-maka kesuksesan pasti tercapai. Dan untuk mencapai padaوَصَلَtersebut maka untuk membentengi jalan tersebut yakni pertama niat, karena apa pun tanpa didasari niat yang kuat maka sesuatu terebut tidak akan pernah tercapai dengan sempurna. Kedua tabayyun (klarifikasi), menghadapi tantangan zaman yang semakin hari mengalami value shift-pergeseran nilai-maka mahasiswa tidak serta merta menyerap atau mengambil yang terbaik dari apa yang dilihat dan didengar. Misalnya, dunia teknologi saat ini yang telah mampu menjadi candu bagi pemuda, dengan adanya teknologi yang canggih dan maraknya jejaring sosial jika tanpa lepas kontrol atau tabayyun, maka berakibat fatal bagi pemuda tersebut. Satu hal, sesuai kondisi yang dirasakan mahasiswa perantau, jika ingin bekerja paruh waktu harus tabayyun apakah dengan bekerja paruh waktu tidak menjadi hambatan bagi proses belajarnya. Ketiga ikhlas, makna dari ikhlas sangat banyak ada yang mengartikan menerima apa adanya terhadap apa yang dimiliki, akan teteapi menjadi berbeda dalam dunia pendidika, yaitu fokus, menjalani apa yang menjadi kewajibannya jika seorang mahasiswa maka yang menjadi fokusnya adalah belajar dan berproses.

ISLAM DAN STUDI AGAMA

Jauh sebelum lahirnya studi agama tidak terlepas dari sejarah manusia. Secara umum manusia mempunyai keyakinan sebelum masuknya agama. Dalam sejarah perkembangannya, banyak berbagai studi yang di lakukan untuk menggali sebuah agama. Pentingya sebuah studi agama, untuk memperoleh agaa secara unifersal, tidak hanya sebatas teologis dan doktrinal keagamaan adalah tuntutan modernesasi itu sendiri. Ninian Smart dalam karya Peter Connolly : Approaches to Study of Relegion Dalam dunia bahasa inggris , studi agama dasarnya muncul sejak tahun 1960 meskpun sebelumnya ada perbandingan agama, sejarah agama, sosiologi agama, dan seterusnya.
Studi keagamaan membutuhkan tiga mode dimensional (Dimensional mode of reperesentation). Dua aspek dimensional yang mempresentasikan agama-agama dan budaya-budaya yang berbeda secara vertikal, dan berbagai pendekatan yang dibutuhkan untukb mempresentasikandan memahamin agama dan budaya secara horisontal. Maka kita akan bertemu dengan Hinduisme, Taoisme, Kristen, Yahudi dan Islam belum lagi agama-agama klasik Afrika, tradisi-tradisi Amerikab asli dan sebagainya. Dimensi ketiga atau dimensi perbandingan tetaplah penting berdasar alasan yang sangat sederhana, karena ketika memperbincanfgkan agama dalam beberapa pengertian pasti melakukan perbandingan sebab kategori agama yang sebenarnya tentu saja lintas budaya (hlm.viii)
Pijakan ini merupaka suatu yang sangat sesuai dengan perkembangan islam. Karena sejak islam yang sebelumnya adalah agama Allah SWT turun disemenanjung Arab sudah menghampiri seluruh daratan dunia. Islam mampu berkembang pesat karena bersifat universal dan mampu berdialog dengan agam dan budaya dimana daerah yang menjadi tempat prtumbuhan islam itu. Contoh: islam indonesia dan belahan dunia atau negara lain sangat kontras perbedaanya. Universalitas islam tidak hanya bersinggungan dengan budaya melainkan dengan agama-agama lain.
Kira-kira dalm tiga puluh tahun terakhir, semua universitas dan perguruan tinggi yang menggunakan bahasa inggrismenggapai suatu tuntutan sederhana namun konsisten tentang mata kuliah agama yang berbeda model tradisional dalam teologi kristen. Mahasiswa yang mengambil mata kuliah itu sering kali mahasiswa religius. Mahasiswa demikian akan sering menemukan diri mereka berhadapan dengan rangkaian mata kuliah “studi keagamaan” atau “studi agama teologi” atau “studi agama-agama” tempat mereka dalam menemukan informasi tidak pernah terjadi dalam tangan hampa
Secara spisifik seiring berkembangnya isla,m dan ajarannya dalam serankaian sejarah telah masuk pada wilaayah kejian. Tetapi kearah yang lebih segnifikan-wilayah akademis-di sinilah studi islam masuk yang mencankup secarra keseluruhan mulai sejarah hingga syariat.dalam buku metode fiqih kontemporer karya Muhammad syahrurdengan konsep filsafatnya ada tiga dimensi filsafatnya, “kondisi berada (eksistensi)”, “kondisi proses”, dan “kondisi menjadi”. Maksudnya, agama tauhid (Allah SWT) sudah ada sejak Nabi Adam AS diciptakan kondisi ini yang disebut “kondisi eksistensi” yaitu keberadaan agama itu sendiri. Kemudian berkembang melalui nabi dan rasul selanjutnya terakhir Nabi Muhammad SAW hingga saat ini. Kondisi ini yang disebut dengan “kondisi proses”. Jadi titik tekannya lebih pada aspek perjalanan islam. Muhammad Syahrur berasumsi, bahwa perkembangan islam sampai saat ini masih kaku. Maksudnya universalitas islam tidak hanya sebatas kajian teks (tradisional) tetapi disesuaikan dengan konteks. Tidak berbeda dengan diadakannya studi islam, agar mendapatkan pemahaman islam secara utuh dan menyeluruh. Walaupun antara islam Indonesia dan islam di negara-negara lain didunia mempunyai kultur yang berbeda.
A. ISLAM DAN STUDI AGAMA
Masa sebelum islam, khususnya di Jazirah Arab disebut masa jahiliyah. Istilah jahiliyah untuk dipakai untuk menandai masa ssebelum Nabi Muhammad SAW lahir. Term tersebut digunakan al-Quran untuk menunjukkan keadaan atau prilaku tertentu.
Sebutan jahiliyah diberikan kepada bangsa Arab yang pola kehidupannya bersifat positif. Mereka pada umumnya berkabilah-kabilah dan no maden. Mereka berada dalam lingkungan yang ummi (tidak mengenal baca-tulis) dan jauh dari peradaban, yang mereka hidup didalam kegelapan dan kebodohan. Akibatnya mereka sesat jalan, tidak menemukan nilai-nilai kemanusiaan, menyembah berhala, membunuh dengan dalih kemuliaan dan kesucian, memusnahkan harata kekayaan dengan perjudian, dan membangkitkan peperangan diantara mereka dengan alasan harga diri dan kepahlawanan.
Melihat kondisi tersebut, islam sebagai agama yang tidak datang kedalam “ruangan” dan kondisi yang kosong. Islam hadir kepada suatu masyarakat yang sudah sarat dengan keyakinan, tradisi dan praktik-praktik, nilai-nilai dan moralitas mereka. M. Quraish Shihab memberi catatan bahwa masyarakat jahiliyah yang dimaksud merupakan masyarakat pertama yang bersentuhan dengan islam, serta masyarakat pertama pula yang berubah pola pikir, sikap dan tingkah lakunya dalam kaitannya dengan konteks keislaman. Ira M. Lapidus menjelaskan bahwa mereka dalam kelompok keluaraga () dengan tradisi patriarkal. Hal ini islam ditinjau dari konteks geografisnya.
Dalam konteks sosiologis masuk pada periode klasik yaitu ketika Nabi Muhammad diutus Tuhan menjadi rasul. Namun ada pula yang berpendapat bahwa periode ini ditandai oleh peristiwa hijrah Rasulullah SAW ke madina (16 Juli 622 M). Karena pada saat ini eksistensi pemerintahan islam diakui
Nabi Muhammad SAW diutus dengan al-Qur’an sebagai penyangga utamanya. Oleh karena itu masyarakat jahiliyah sangat gandrung dengan kesusastraan. Maka, al-Qur’an diturunkan dengan bahasa sastra yang lazim dipakai oleh masyarakatnya. Hal ini didasarkan atas pertimbangan. Pertama, untuk menyesuaikan diri dengan tradisi masyarakatnya. Kedua, untuk menantang syair-syair jahiliyah. Menurut Komaruddin Hidayat, islam memiliki akar yang paling kuat dan terus berkembang dibanding agama lain. Didalam jantung tradisi itu terdapat al-Qur’an yang memiliki daya gereak keluar (sentrifugal), merasuki dan berdialog dengan budaya yang dijumpainya. Sebaliknya, ummat islam yang tinggal dan tumbuh dalam berbagai asuhan budaya baru berusaha mencari rujukan pada al-Quran dan tradiisi lama (sentripetal). Pentingnya upaya pembahasan dalam pemahaman terhadap islam ini diibaratkan oleh Amien A, dengan kebutuhan menemukan “ventelasi” untuk sebuah ruangan agar tidak terjadi “kepengapan”. Dan karakteristik islam sendiri sebagai agama yang terbuka dengan berbagai macam pendekatan.
Ketika islam noratif memasuki wilayah kesejarahan, antara yang satu dengan yang lain akan berbeda ekspresinya. Sebagai sontoh, pemikiran islam yang berkembang di Timur Tengah dalam babakan sejarah yang panjang cenderung dikuasai oleh pandangan yang menundukkan islam semata-mata sebagai norma.
B. URGENSI DAN SIGNIFIKANSI ISLAM
Agama adalah ibarat manusia. Untuk mengetahui perihal manusia, harus dipergunakan dua cara; Pertama, membaca ide dan pikiran yang bersangkutan yang tertuang dalam berbagai karangan, pernyataan dan pekerjaan. Kedua, mempelajari biografinya. Begitu pula halnya dengan agama; untuk mengenal agama harus dilakukan dengan mempelajari ide-idenya serta membaca biografinya. Menurut Mukti Ali, ide-ide agama terpusat pada kitab sucinya. Sedangkan biografi agama dapat ditemukan memalui sejra didalamnya.
Dalam konteks islam, untuk memahami agama ini bisa dilakukan penelitian atau studi agama dengan dua metode. Pertama, mempelajari taks-teks suci al-Qur’an yang merupakan himpunan dari ide dan output ilmiah dan literer yang dikenal dengan islam. Untuk menkaji teks-teks suci al-Qur’an , agar dapat memahami esensinya. Maka, penelitian mempelajari teks al-Qur’an dapat menggunakan pendekatan filologi. Al-Qur’an merupakan pesan Tuhan, erat kaitannya dengan agama agar tidak terjadi kesalah fahaman dalam menangkap pesan Tuhan. Ada tiga aspek yang bisa dijadikan objek kajian yang bersifat metafisis, terutama tentang Tuhan. Pertama, ungkapan-ungkapan yang digunakan untuk menjelaskan obyek pemikiran yang bers. ifat metafisi, terutama tenetang Tuhan. Kedua, bahasa kitab suci terutama bahasa al-Qur’an. Dan ketiga, bahasa ritual keagamaan.
Untuk mendapatkan makna atau pesan dalam teks al-Qura’an dengan tiga aspek tersebut dapat pula menggunakan beberapa pendekatan. Akan tetapi yang umum ada tiga pendekatan. Yakni, metode tafsir, contentanalysis, dan hermeneutika.
1. Metode Tafsir
Pendekatan filologi terhadap al-Qur’an adalah pendekatan atau metode tafsir. Metode ini merupakan metode tertua dalam pengkajian agama. Sesuai dengan namanya, tafsir berarti penjelasan, pemahaman dan perincian terhadap kitab suci, sehingga isi pesan kitab suci dapat dipahami sebagaimana dikehendaki Tuhan.
2. Pendekatan Filologi terhadap As-Sunnah (al-Hadits)
As-Sunnah secara etnologi berarti tadisi atau perjalanan. Sedangkan al-Hadits secara etmologis berarti ucapan atau pernyataan dan sesuatu yang baru. Dalam arti teknisbas-sunnah (sunnatur-Rasul) identik dengan al-Hadits. Pengantar Studi Islam IAIN Sunan Ampel Surabaya menjelaskan bahwa ada nama-nama lain selain yang dua tersebut yaitu al-khabar secara etimologis berarti berita. Secara khas al-khabarberarti sesuatu yang disandarkan kepada Nabi, sahabat dan tabi’in. Al-Atsarsecara etimologiadalah bekas sesuatu. Al-Zarksyi mengartikan al-atsar sesuatu yang disandarkan kepada sahabat saja. Sedangkan. Sedangkan menurut jumhur Muhadditsin istilah as-sunnah, al-hadits, al-khabar dan al-atsar adalah mempunyai pengertian yang sama (hal 40-43)
Memahami hadits sebagai salah satu sumber terpenting ajaran islam setelah al-Qur’an, niscaya memerlukan telaahh kritis, utuh, dan menyeluruh. Kajian termaksud difokuskan kepada amatan hadits yakni ddngan mencermati perbedaan sosial, kultural serta corak yang berkembang pada saat itu.
3. Pendektan Filologi Terhadap Teks, Naskah, dan Kitab-Kitab: Hermeniutika
Herminiutikasecaraetimologisberasaladari kata kerjahermeneuin: menyampaikanberita. Pengertian yang lebihluasdinyatakanoleh Stephen WL bahwahermeneutikastudy of understanding, especially by interpreting action and text.
Hermeneutikamerupakanmetodebahkanalirandalampenelitiankualitatifkhsusunyadalammemahamiteks, naskahdankitab-kitabsebagaifenomenabudaya, sosilabudaya.Fungsimetodehermeneutikaadalah agar tidakterjadidistorsipesanatauinformasiantarateks, naskahdankitab-kitab, penulis-penulisnyasertapembacanya.Karenaituuntukmemperolehpemaknaan yang lebihkomprehensif, terdapattigapusaran yang dijadikan starting point dan point of view yakniaspekkebahasaan, duniasendiri-sendiri yang salingmendukungatausebaliknyamembelokkanpemaknaan yang diberikan.
Kedua, mempelajaridinamika histioris yang menjadi perwujudan dari ide-ide islam, mulai dari diturunkannya misi islamtersebut, terutama masa Nabi Muhammad SAW, hingga masa akhir-akhir ini. Untukmengungkap kebenaran islam secara utuh dan menyeluruh, hal itu tidak dapat dilalui dengan pendekatan historis atau sejarah. Akan tetapi, apabila bicara sejarah tidak cukup hanya mengeathui perjalanannya saja antara agama dan ummat. Sebelum itu, sejarah tidak lepas dari kajian antropologis.
Untuk mempertaja studi dengan pendekatan sejarah dari aspek antropologi, dua karya yang sangat berbeda: The Golden Bough karya Sir James Frazer dan The Element Forms of Relegius Life karya Emil Durkheim. Seluruh agama sebagai bentuk sihir (magic) fertilitas. Dan Kristus juga suatu bentuk Raja-Tuhan yang meninggal untuk menjamin fertilitas ummatnya. Selanjutnya Frazer mengemukakan, suatu ekspresi dari keyakinan rasionalnya. Sejarah manusia melewati tiga fase yang secara berurutan didominasi oleh; magic (sihir), agama dan ilmu (hal. 145 dan 195). Apabila melihat apa yang dimukakan oleh Frazer , dalam konteks islam, tiga fase tersbut sudah terjadi pra-islam. Sejak Allah SWT menciptakan manusia yang pertama yaitu Nabi Adam AS, dan para Nabi setelahnya, salah satunya Nabi Musa AS, sebagaimana tertera dalam firman Allah (QS. Thaaha 17-23. 16). Menurut sejarah, ketika itu oaring-orang musyrik trbelalak dan mengira itu sihir. Sedangkan mengenai ilmu juga dijelaskan dalam al-Qur’an (QS. Al-Anbiya’: 74 dan 79. 17).
Berbeda dengan Durkheim yang lebih menekankan bahwa dasrany “tidak ada agama yang salah. Semua agama adalah benar menurut mode masing-masing. Semua memenuhi kondisi-kondisi tertentu dan eksistensi manusia. Meskipun dengan cara yang berbeda-bedaagma adalah satu hal, satu aspek kemanusiaan yang fundamental dan permanen (hlm.1). Jika asumsi Durkheim demikian, islampun menegaskan – tidak mewajibkan untuk beragama islam - sebagaimana dalam QS. Al-Kaafirun: 6;30)
Pendekatan sejarah diamksudkan agar dapat diketahui bagaimana ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW ersebut diketahui secara utuh bagaimana awal mmula masyarakat menerima ajaran tersebut dan selanjutnya bagaimana agama mewarnai pola hidup pengikutnya hingga bagaimana agama ini berinteraksi dengan berbagai ummat manusia yang berlatar belakang berbagai budaya dan etnis. Menurut Ibnu Khaldun, dilihat dari sisi dalamnya, sejarah merupakan suatu penalaran kritis dan usaha yang cermat untuk mencari kebenaran, suatu penjelasan yang cerdas tentang sebab-sebab adanya asal usul segala sesuatu. Suatu pengeathuan yang mendalam tentang bagaiman dan mengapa peristiwa itu terjadi. Winarno Surakhmad, pendekatan sejarah ”merupakan proses uang meliputi pengumpulan dan penafsiran gejala, peristiwa atau gagasan yang timbul pada masa lampau untuk menemukan generalisasi yang berguna dalam usaha memahami realitas-reaitas sejarah, malahan juga dikatakan dapat digunankan untuk memahami masa situasi sekarang serta dapat pula untuk meramalkan yang akan dating. Beberapa hal diuraikan diatas, tidak lain adalah bagaimana memahami islam secara utuh dan menyeluruh. Karena hal itu, dibutuhkan studi islam untuk mengetahi dibalik sejarah tersebut khusunya perkembangan agama islam. Maka disinilah letak urgensitas studi islam
Mengupastentangislamtidakterlepasdarikondisisebelumnya (pra-islam) dimanakeyakinankepada Allah SWT sudahdilakukansejakpertma kali manusiadiciptakanyakniNabi Adam AS. Sejarahsebelumislammerupakanfase-fasepenyempurnaan agama Allah (tauhid) sampaikeada Muhammad diutusmenjadiNabisekaliguRasul. Kemudiandimasatersebutmerupakanmuaranya agama Allah sebagai agama tauhidmenemukanprinsipnyadanberkarakter. Dan padamasaitu pula, agama Allah disebut agama islam. Karenadalamperjalanansejarahnyatelahmengentaskanbangsa Arab dengankondisijahiliyahkejalanmenujukebenaran.Tetapi agama islamdalamperkembangannya, memulaisejarahbaruhinggasaatinibahkansamapainantiharikiamat.
Islam eratkorelasinyadengan agama-agama lain. Tetapiislamtidakhanyamenjadi agama pembedadari agama-agama lain melainkanjugapembedadari ritual ibadah yang dibawaolehparanabidanrasulsebelumnya – dalamkonteksdankarakternya – danNabi Muhammad SAW. Perbedaanituterlihatpadauniversalitasislamterhadap agama-agama yang lain. Maksudnyaislammampumenjawabsegalatantanganzaman. Karenasetiap agama mempuyaikitabsucimasing-masingsebagai legal formalnya.Makaislamdengan al-Quran sebagai legal formalnya.
Selain agama islamsebagai agama terbesardidunia. Makabagaimanaislamtetapberkembangsebagaimanamestinyadanmampumenjawabsetiaptantanganzaman agar fleksiblelitaseksistensinyadenganuniversalitasnya yang merupakankarakterdariislamitusendiritetapterjaga. Dalammembentengieksistensidanuniversalitasitu, dilakukannyastuditerhadapislamitusendiri. Tujuannyaadalah agar islamsanpaidan bias dterimasecarautuhdansempurnaummatnya. Urgensidansignifikansistudi agama islamterletakpadatujuandankarakter yang adapada agama islamitusendiri. Hal itu bias dilakukandenganbeberapacara. Pertama, mempeljariteks-teks al-Quran dan al-Hadits yang merupakan idedanout putilmiahdanliterer yang dikenalislam. Kedua, mempelajarihistoris yang menjadiperwujudandari ide-ide islammulaidaripemulaannyaditurunkannyamisiislamtersebut, trutamamasaNabi Muhammad SAW hinggadewasa ini.

Selasa, 03 Januari 2012

SEKILAS PERJALANAN PENDIDIKAN PRIBUMI

Beberapa hal yang sampai dewasa ini dalam pendidikan indonesia belum terselesaikan seiring dengan diterapkannya berbagai sistem yang kunjung berakhir, sehingga yang dibingungkan adalh pelaku pendidikan –guru dan murid- hal demikian karena faktor yang sangat ketidak inkonsisten dalam menerapkan pendidikan yang termaktub dalam UUD bahwa pendidikan adalah hak segala bangsa. Dalam perjalanan berbagai negara yang merupakan relevansi dalam memajukan negara adalah bangsanya yang berwawasan luas, hal demikian belum maksimal dalam penerapannya karena dibenturkan dalam beberapa hal pemikiran: EUROPIA Beberapa pakar menjelaskan yang menjadi landasan dalam menerapkan pendidikan, namun tidak ada yang tidak mungkiun salah dalam hal berlandasan walaupun landasan tersebut merupakan dari pemikir-pemikir yang diakui oleh diunia terutama dalam berparadigma. Berikut cuplikan secuil pemikir barat yang masih timpang. a. Rasionalisme Dalam hal ini yang dalam membenarkan sesuatu adalah dengan rasio. Namun hal ini maish banyak ketimpangan yang masih sangat kontras dalam penerapannya, seperti Descartes dengan idenya cogito ergo sum-berfikir maka aku ada- namun manusia bukanlah tuhan yang mengetahui secara otentik sebuah kebenaran, dalam dunia nyata. Hal serupa tidak hanya disampaikan oleh Descartes, masih banyak filusuf-filusuf lainnya. b. Empirisme Kelompok empirisme mematahkan teori yang terbesit dalam hal berfikir yang mana lebih mengedepankan rasio, bantahan tersebut tak lain dari sebuah kesangsian para filusuf empirisme, bahwa rasio tanpa bukti yang empirik, kebenarannya masih dipertnyakan. Karena hal tesebut yang menurut pendapat emperisme berfikir rasio belum tentu sesuai dengan kenyataan, sehingga kelompok empirisme mengklaim bahwa kebenaran sesuatau adalah berdasarkan bukti empirik, akan tetapi belum tentu pula sesuatu yang empirik diterima oleh khalayak karena belum tentu sesuai. Ide tersebut diprakarsai Ariestoteles. c. Saintisme Dewasa ini di awal tahun melenium muncul berbagai eksperimen dalam menentukan kemajuan manusia dalam berinovasi, hal tersebit dipicu oleh saint yang tak lain hal tersebut erat kaitannya dengan teknologi, sehingga aktifitas apapun sepenuhnya bergantung pada teknologi. Namun saint tersebut malah membuat manusia semakin tidak berkembang, maksudnya hidup kergantungan merupakan ketidakbebasan dan terbelenggunya nalar manusia, dan hal ini yang menurut Comte merupakan virus modern. Kebebasan Pendidikan dan Tidak Membelengggu Antara guru dan muri merupakan subyek jadi, karena hal demkian menurut Ferrere, guru belum tentu sepenuhnya benar dalam menyampaikan sebuah pengetahuan, dan hal lainnya yang menurut Ferrere, dalam dunia pendidikan tidak hanya mengentaskan faktor internal (kebodohan, keterbelakangan, takut) namun faktor eksternal (kemiskinan, pendidikan mahal, sistem), yang memicu Ferrere untuk memutar otak sehingga muncul ide dan beranggapan bahwa hal tersebut merupakan pendidikan yang tidak bebas dan membelenggu. TIMUR TENGAH Dalam sejarah peradaban manusia di bumi nusantara, mengenai dunia islam dari timur tengah yang membawa perkembangan yang sangat pesat bagi islam itu sendiri, sehingga sampai pada fase walisongo. Oleh karena perkembangan islalm itu sendiri paradigma yang dibangun waktu adalh islam ala timur tengah, dan yang memungkinkan lagi adalah pendidikannya yang menggunakan kitab – kitab klasik dari timur tengah pula. PRIBUMI Setelah melesatnya perkembangan islam dan penganutnya, sebelum penjajah (jepang dan belanda) masuk, hal tersebut dalam genggaman para wali dan yang faniliar di eranya dikenal dengan istilah walisongo. Disinilah terbentuk pendidikan yang mengkombinasikan - ala timur tengah – dengan kondisi masyarakat pribumi, sehingga terbentuklah sebuah lembaga pendidikan yang berbasis pesantren yang mana dalam aplikasinya tak kenal yang namanya modernisasi, sehingga yang modern pada waktu itu adalah ajaran nyang dibawa Nabi Muhammad SAW. Sampai pada waktu indonesia dijajah, pesanteren merupakan basis yang hampir tidak dapat dimusnahkan. Seiring penajajah mulai melakukan ekspansi kekuasaannya, pada waktu itu pula para penajajah mendirikan lembaga pendidikan, yang hanya diperbolehkan anak-anak dari konglomerat, yang tak mampu hanya bisa dipesantren. Hal demikianlah selain awalnya pendidikan dinusantara berbasis pesantren dengan hadirnya penajajah (Belanda) maka selaras dengan ekspansi kekuasaannya sehingga dalam berpendidikan, saat itu pula paradigma eropa masuk. Sehingga dalam nusantara yang pada awalnya sangat kokoh dengan pendidikan berbasis pesantren, akhirnya terkikis oleh paradigma barat. Disinilah kericuhan dalam melakukan sistem pendidikan nusantara tudak menemukan sistem yang cocok untuk bangsa indonesia. Sehingga terbentukalah berbagai kurikulum yang sampai saat ini belum sukses mengantarkan bangsa untuk bersaing ditingkat internasional. Yang menjadi tugas besar bagi pemuda saat ini-sebagai tunas bangsa-mampu mengentaskan hal yang komplek dalam dunia pendidikan. Yang pada saat ni masih sangsi dalam berlandasan, sehingga paradigma yang dibangun menemukan ke-ambiguan-nya, karena Indonesia mulai dulu sampai saat ini masih menjadi pengimpor sitem pendidikan. Indonesia masih rapu h untuk menemui jati diri pendidikannya, bagaiman menjadi pelaja yang humanis dan modern. Jika dengan beberapa kurikulum yang ditentukan belum menemukan kesuksesannya dalam menerapkan pendidikan, maka yang cocok untuk bumi nusantra sistem pendidikan seperti apa? Bagaimana teknis penerapannya?. Hal tersebut diatas merupakan prototype pendidikan indonesia gagal mebangun negeri yang berpendidikan, berwawasan luas, dan membangun negeri yang mampu bersaing dikancah internasional. Pemuda yang icon-nya adalah pelajar khsusnya mahasiswa sebagai agen perubahan mampu meracik imporisasi pendidikan sehingga menjadi jati diri pendidikan yang Indonesia, bukan yang Eropa dan Timur Tengah. Sangat memprihatinkan jika hal tersebut tidak segera ditangani, karena yang menjadi korban sistem tidak hanya para pendidik, yang lebih dikhawatirkan lagi adalah tunas bangsa. Afandi Enginer Layouter MITRA UI Jember 01 Januari 2012

Rabu, 09 November 2011

KESUKSESAN SESEORANG KARENA BIKIN HIDUP SEMAKIN HIDUP

Kesuksesan seseorang sekarang sudah menjadi prioritas bagi orang kebanyakan, apa lagi dalam dewasa ini dengan gaya hidup yang sangat melambung dengan naiknya harga barang dan cara hidup yang semakin bergengsi dengan hadirnya sebuah nuklir yang bernama “hidonisme”. Seiring dengan melonjaknya kemiskinan yang melanda khususnya di Indonesia yang sampai saat ini belum terentaskan, dan akademik menjadi tuhan sebagai penentu dalam kesuksesan (dalam materi). Namun ketika banyak orang mengatakan dengan berpendidikan seseorang akan menuai kesukesan (materi), itu sangat salah besar karena orang yang mengatakan demikian masih terdoktrinasi oleh paham lama IQ (Intellectual Question). Namun fakta dilapangan tidak demikian, bahkan pelajar saat ini adalah penganggur yang terdidik, dengan berbagai masalah, muncul sebuah eksperimen setelahnya dengan konsep EQ (Emotional Question) oleh Salovey dan Mayer dalam istilahnya kecerdasan sosial (EQ) menjelaskan bahwa kecerdasan sosial dapat memberi kontribusi bagi keberhasilan seseorang karena memiliki kemampuan untuk mengenali perasaan, meraih dan membangkitkan prasaan untuk membantu pikiran, memahami perasaan dan maknanya, serta mengendalikan perasaan secara mendalam sehingga membantu perkembangan emosi dan intelektual. Selain kecerdasan emosional, pada abad ke-20 mulai diperbincangankan jenis kecerdasan manusia yang lain, yaitu kecerdasan spiritual. Zohar dan Marshal menjelaskan kecerdasan sosial sebagai suatu kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai. Kesimpulannya kembali dalam sebuah pepatah yang mengatakan “ilmu pengetahuan tanpa agama adalah pincang, dan agama tanpa pengetahuan adalah buta”. Dalam perkembangan tentang kecerdasan manusia mengatakan manusia mempunyai multiple intelligence (kecerdasan majmuk) sebagaimana dijelaskan oleh Gardner dan Dr. Jhon Elliot, walau sama – sama mempunyai tujuh kesimpulan mengenai multiple intelligence tapi ada sedikit perbedaan. Mentari mulai menampakkan tanda ia akan terbenam. Serak dan terbata sekitar jam tiga lewat teman saya telpon ingin bercerita tentang masalah pribadinya. Masalah itu tak lain tentang kisah asmara disaat ia menjadi pelajar menengah atas. Saya geli sebenarnya dengar yang namanya cinta, namun namanya juga seorang teman yang tengah terpuruk, bukan teman kalau tidak punya empati. Hari – hari yang ia jalani penuh canda dan tawa (belaka), alunan musik terisak sampai ketelinga saya, pertanda bahwa ia lagi bersedih. Ia tidak mau mengulas tentang masalah dirinya kepada siapa pun, akan tetapi dengan sengaja saya memaksanya untuk terus terang, dan saya mempersilakan kepadanya menganggap saya siapa, dibalik pemaksaan saya, saya memang bukan tetangga yang menetap dilingkungannya apa lagi punya kepentingan. Sore itu semakin tampak matahari akan terlelap dalam benamnya sekitar jam empat saya diajak bicara disebuah tempat olahraga, disitulah perbincangan dimulai. Dengan suara terbata-bata mengulas panjang lebar, ternyata selama ia berpacaran, telah rela memberikan yang terbaik guna mendapatkan rasa cinta yang tulus, namun yang ia rasakan saat ini lebamnya sebuah penghianatan. Sampai ia terseok dalam alunan cinta sehingga tidak butuh orang yang kaya harta, dan berfikiran harta itu masih bisa dicari, justru kebahagiaan dalam cinta yang tulus yang sangat sulit ia dapatkan sambil menitikkan air mata. Kondisi tubuhnya yang semakin lemah akibat beban fikiran yang mengharu biru, memperlihatkan bahwa kondisi batinnya sedang terluka yang mendalam. Belum berhenti ia merintih dalam sakit kesedihan sampai ia dalam kondisi titik labil, ia tidak punya semangat hidup, ingin bunuh diri, tidak ingat keluarga. Lukanya cinta membuat ia tertawan dalam kebodohan. Dunia yang mengagungkan material. Kebanggaan yang berlebihan kepada kebendaan yang di miliki. Ini menjadi badai yang mengempaskan moralitas dari qalbu. Sehingga hal demikianlah yang disebut “hidonisme”. Dewasa ini hidonisme telah menjelma menjadi tuhan dalam keidupan pemuda. Karena fokus utama orang-orang yang hidupnya hidonis adalah bagaimana berusaha semaksimal mungkin memburu kesenangan, kemegahan dan kepuasan yang bersifat materi. Maka, tak heran jika banyak orang yang ingin mendapatkan kesenangan, kemewahan, dengan menghalalkan segala cara, yang penting tujuannya bisa tercapai. Mereka tak lagi bisa memisahkan mana yang hak dan mana yan batil. Mereka sudah tidak mampu memilah mana yang halal dan mana yang haram. Bahkan, mereka suah tidak mampu lagi memlih mana tindakan yang terpuji dan mana tindakan yang tercela. Ini terjadi karena orang-orang tersebut sudah menanggalkan nilai-nili ruhaniyah. Moralitas dalam hatina tak dapat lagi terasah untuk menapaki hidup dengn jernih hati. Beberapa persoalan hidup diatas merupakan patologi (penyakit sosial) bangsa Indonesia saat ini. Ketika IQ di nobelkan menjadi tolok ukur kesuksesan seseorang, tapi realitasnya tidak menentukan, walau disusul dengan konsep EQ dan SQ. Namun konsep mutakhir dengan konsep multiple intelligence (kecedasan majmuk) meliputi seni, jiwa dan raga, otak, dan emosional. Orang yang mempunyai kecerdasan sosial dengan memdukan konsep mutakhir seseorang akan menuai kesuksesan dalam tindakan, interaksi, atau materi. Begitu pula orang yang diputus oleh pacarnya, bukan lantas harus berfikir kebelakang, bahwa unttuk mengakhiri, ketidak semangatan hidup, labil dalam menentukan arah hidunya seakan-akan bunuh diri merupakan akhir dari masalah. Akan tetapi orang yang demikian, kecerdasan sosialnya tumpul. Bukan berfikir positif kedepan, dan introspeksi diri, kenapa diputus? Mungkin kurang romantis, perhatian dan kasih sayang yang utuh diiringi ikhlas. Maka orang yang demikian butuh yang namanya kecerdasan sosial, bangkit belajar dari kesalahan mencarinya dengan niat yang baik dan melakukan yang terbaik. Maka, orang yang mempunyai kecerdasan sosial yang sangat tinggi bikin hidup menjadi lebih hidup. Pemuda saait ini identik dengan hidup bebas lepas tapi tidak terarah, seperti apakah itu? Pemuda yang haus akan gaya hidup yang sia – sia berlabelkan “hidonisme”. Kesenagan sementara mungkin itu yang dimaksud dalam dunia hidonis, sehingga apa pun caranya yang penting tujuannya tercapai. Narkoba, sekarang marak dikalangan pemuda bahkan menjadi candu dalam hidunya. Masa depan guna memperbaiki problematika bangsa yang semakin terpuruk disebabkan tunas bangsa yang semakin terpuruk termakan oleh monster hidonis. Namun, jika seseorang mempunyai ketajaman dalam bertindak, kecerdasan sosialnya dipakai untuk berfikir maju, mungkin problematika yang melanda bangsa Indonesia semakin berkurang. Social Intelligence, oleh Hadi Suyono, buku yang mengulas bagaimana seseorang sukses dalam potensi diri dengan kecerdasan sosial yang tinggi, bagaimana mengatasi persoalan lingkungan, yang amuadul menjadi dinamis, orang yang takut gagal dalam meraih hidup, semuanya diulas panjang lebar dalam buku tersebut. Jadi, terutama pelajar mahasiwa, sebaai kaum intelek, yang ketika sudah menjadi sarjana diharapkan dapat membangun perubahan yang sangat signifikan dan eleven bagi asyarakat.