Rabu, 09 April 2014

JURNLISTIK BERMUKA DUA

ika ditanya saatini, junalisme yang idealis maka saya katakan adalah jurnalisme mahasiswa.Yang jauhdari kepentingan apapun. Namun sebelum melangkah pada dunia jurnalistik yang membuat kita gelisah. Perlu dijelaskan macam-macam jurnalisme, jurnalistik investigasi, jurnalisme damai, jurnalisme sastra, jurnalisme profetik, jurnalitik radio, belakangan atau hari ini di Indonesia dikenal dengan istilah JURNALISTIK INFOTAINMENT.
Kehadiran jurnalitik infontainment, terlahir dari beberapa faktor, ekonomi dan politik. Sehingga dalam dunia jurnalistik, muncul istilah infotainment, yang mewarnai kinerja junalistik tanah air. Sebelum melangkah pada persoanalan dunia infotainment, ada baiknya dijelaskan arti dan fungsi jurnalistik. Journalistic berasal dari bahasa latin journal yang berarti megnumpulkan data. Journalist adalah orang yang melakukan pengumpulan data. Sedangakan journalism adalah paham tentang pengumpulan data. Jadi rang yang mengumpulkan data disebut journalis seperti penulis. Namun istilah tersebut, lebih melekat pada waratawan yang melakukan peliputan terhadap berita. Berbicara berita otomatis berbicara tentang media, disini fungsi jurnalistik dijalankan.
Sudah dijelaskan diatas, bahwa media yang ideal adalah media (pers) mahasiswa. Seiring perkembangan dengan berbagai serangan Negara dan pasar (dalamekonomi) keperntingan kelompok (dalampolitik) untuk tercapainya sebuah tujuan. Kondisi ini yang saat ini memperngaruhi perkembangan dunia jurnalistikdan menciderai citra wartawan. Sehingga yang terjadi fungsi media tidak sebagaimana mestinya, salah satu fungsi media adalah control social. Apalagi saat ini mendekati pesta politik, yang salah satu jurus jitunya adalah stasiun TV, AnTV dan TV One, MNC Group dan masih banyak yang lainnya. Belakangan ini, masyarakata Indonesia dibutakan oleh yang namanya informasi hiburan (infotainment) yang terkadang tidak edukatif. Membuat kita enjoy aja. Kondisi ini yang menjadi musuh dalam selimut, betapa besar peran media dalam membentuk karakter masyarakat.
Berbicara siaaran Televisi berisi hiburan tiap hari kita jumpai. Bahkan tidak hanya beberapa jam saja. Melainkan durasinya lebih lama ketimbang tayangan dari idealnya suatu media. Sehingga yang menjadi korban, pada umumnya adalah khlayak yang minim pengetahuan. Jadi, tidak salah ketika ada litratur mengatakan bahwa bangsa kita adalah bangsa konsumtif.
Sebelum mengupas kenapa Infotainment menjadi sorotan. Maka pelu diketahui sejarahnya. Konsep infotainment awalnyaberasal dari John Hopkins University (JHU), Baltimore, Amerika Srikat. Universitas yang terkenal dengan berbagai riset-riset kedokterannya tersebut memiliki jaringan organisasi nirlaba internasional yang bergerak dalam misi kemanusiaan meningkatkan kesejahteraaan ummat manusia melalui berbagai aspek kesehatan. Misi kemanusiaan JHUdi bidang kesehatan didukung oleh Center of Communication Program (CCP) yang bertugas mengkomunikasikan pesan-pesan kesehatan guna mengubah prilaku kesehatan masyarakat. Untuk itu pakar komunikasi (Everet M. Rogers) di CCPmerumuskan berbagai metodepenyampaian pesan-pesan kesehatan yang secara efektif dapat engubah prilaku positif. Salah satu konsep yang dihasilkan adalah infotainment.
Informasi yang hanya disampaikan sebagaimana adanya sedikit tidak membuahkan hasil. Maka dibuatlah pancingan untuk mengambil hati masyrakat. Kemudian disusupkanlah entertainmet (hiburan) yang menarik perhtian masyarakat ditengah-tengah penyampaian information (informasi).dari sini muncul istilah infotainment, yaiutu kemasan acara informative namun dibungkus dan disisipi dengan entertainment untuk menarik perhatian khalayak sehingga informasi sebagai pesan utamamanya dapat diterima.
Setelah infotainment masuk ke Indonesia. Bereda lagi peran dan fungsinya, yaitu bersifat komersil. Kemudian bermunculan, yang sifanya komesrsil televisi menwarkan berbagai program hiburan, seperti X-Factor, Indonesian Idol, Talk Show, Kuis dan sinetron. Sehingga, khalayak tertarik untuk menjadi bintang di televisi, yang kemudian menghadirkan berbagai ajang pencarian bakat. Dari sini kemudian fungsi ideal media kabur. Bagaimana tidak pekerja infotainment, tiap hari mensajikan berita tentag kehidupan selebritis, tidak hanya persoalan hidup perjalanannnya sebagai selebritis, tetapi kehidupan yang sangat privasi pun menjadidi sasaran tembak para pekerja infotainment. Sudah banyak selebrtis yang terkuak kehidupan pribadinya yang tidak semunya lehidupan pribadi slebtritis tertkuak. Baru-baru ini bagaimana wartawan infotainment mengejar-ngejar kehidupan Ayu Ting-Ting, sampai saat ini waratawan infotainment ingin mengetahui wajah anaknya. Yang lebih menyedihkan lagi, apabila wartwan infotainment, malam-malam masuk ke rumah seorang artis, lalu menggosip menyakan tentang hubungannya, walau sebenarnya tidak ada. Terlebih apabila artis yang ingin menebar sensasi mendulang popularitas. Sasaran empuk para pekerja infotainment.
Dari pemaparan diatas. Buku berjudul “ JURNALISTIK INFOTAINMENT: Kancah Baru Jurnalistk dalam Industri Televiusi” yang ditulis oleh Iswandi Syahputra, menguak kehidupan para pekerja infotainment dan production house. Yang mana sebagian isinya tertuang dalam ulasan-ulsan diatas. Buku ini sebagai kritik terhadap kinerja infotainment dan production house yang tidak bertanggung jawab. Yang hanya mementingkan komersil. Yang kemudia mengakburkan fungsi jurnalistik dalam Industri Televisi yang merupakan media yang sangat berpengaruh dalam kehidupan masyarakat.
Kesimpulannya bahwa kinerja jurnalistik di Indonesia boleh dikatakan bermuka dua. Maksudnya dari segi fungsinya. Tergantung production house-nya mau diarahkan kemana sebuah media dengan keinerja jurnalistiknya tersebut. Ketika mengintip isi buku tersebut, sesuai dengan apa yang dikatakan diatas, bahwa media yang tanpa kepentingan adalah media mahasiswa. Disinilah prktek jurnalistik yang sebenarnya. Tidak ada lain selain pembelajaran mengenal dunia jurnalistik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar