Senin, 29 Juli 2013

ISLAM DAN STUDI AGAMA

Jauh sebelum lahirnya studi agama tidak terlepas dari sejarah manusia. Secara umum manusia mempunyai keyakinan sebelum masuknya agama. Dalam sejarah perkembangannya, banyak berbagai studi yang di lakukan untuk menggali sebuah agama. Pentingya sebuah studi agama, untuk memperoleh agaa secara unifersal, tidak hanya sebatas teologis dan doktrinal keagamaan adalah tuntutan modernesasi itu sendiri. Ninian Smart dalam karya Peter Connolly : Approaches to Study of Relegion Dalam dunia bahasa inggris , studi agama dasarnya muncul sejak tahun 1960 meskpun sebelumnya ada perbandingan agama, sejarah agama, sosiologi agama, dan seterusnya.
Studi keagamaan membutuhkan tiga mode dimensional (Dimensional mode of reperesentation). Dua aspek dimensional yang mempresentasikan agama-agama dan budaya-budaya yang berbeda secara vertikal, dan berbagai pendekatan yang dibutuhkan untukb mempresentasikandan memahamin agama dan budaya secara horisontal. Maka kita akan bertemu dengan Hinduisme, Taoisme, Kristen, Yahudi dan Islam belum lagi agama-agama klasik Afrika, tradisi-tradisi Amerikab asli dan sebagainya. Dimensi ketiga atau dimensi perbandingan tetaplah penting berdasar alasan yang sangat sederhana, karena ketika memperbincanfgkan agama dalam beberapa pengertian pasti melakukan perbandingan sebab kategori agama yang sebenarnya tentu saja lintas budaya (hlm.viii)
Pijakan ini merupaka suatu yang sangat sesuai dengan perkembangan islam. Karena sejak islam yang sebelumnya adalah agama Allah SWT turun disemenanjung Arab sudah menghampiri seluruh daratan dunia. Islam mampu berkembang pesat karena bersifat universal dan mampu berdialog dengan agam dan budaya dimana daerah yang menjadi tempat prtumbuhan islam itu. Contoh: islam indonesia dan belahan dunia atau negara lain sangat kontras perbedaanya. Universalitas islam tidak hanya bersinggungan dengan budaya melainkan dengan agama-agama lain.
Kira-kira dalm tiga puluh tahun terakhir, semua universitas dan perguruan tinggi yang menggunakan bahasa inggrismenggapai suatu tuntutan sederhana namun konsisten tentang mata kuliah agama yang berbeda model tradisional dalam teologi kristen. Mahasiswa yang mengambil mata kuliah itu sering kali mahasiswa religius. Mahasiswa demikian akan sering menemukan diri mereka berhadapan dengan rangkaian mata kuliah “studi keagamaan” atau “studi agama teologi” atau “studi agama-agama” tempat mereka dalam menemukan informasi tidak pernah terjadi dalam tangan hampa
Secara spisifik seiring berkembangnya isla,m dan ajarannya dalam serankaian sejarah telah masuk pada wilaayah kejian. Tetapi kearah yang lebih segnifikan-wilayah akademis-di sinilah studi islam masuk yang mencankup secarra keseluruhan mulai sejarah hingga syariat.dalam buku metode fiqih kontemporer karya Muhammad syahrurdengan konsep filsafatnya ada tiga dimensi filsafatnya, “kondisi berada (eksistensi)”, “kondisi proses”, dan “kondisi menjadi”. Maksudnya, agama tauhid (Allah SWT) sudah ada sejak Nabi Adam AS diciptakan kondisi ini yang disebut “kondisi eksistensi” yaitu keberadaan agama itu sendiri. Kemudian berkembang melalui nabi dan rasul selanjutnya terakhir Nabi Muhammad SAW hingga saat ini. Kondisi ini yang disebut dengan “kondisi proses”. Jadi titik tekannya lebih pada aspek perjalanan islam. Muhammad Syahrur berasumsi, bahwa perkembangan islam sampai saat ini masih kaku. Maksudnya universalitas islam tidak hanya sebatas kajian teks (tradisional) tetapi disesuaikan dengan konteks. Tidak berbeda dengan diadakannya studi islam, agar mendapatkan pemahaman islam secara utuh dan menyeluruh. Walaupun antara islam Indonesia dan islam di negara-negara lain didunia mempunyai kultur yang berbeda.
A. ISLAM DAN STUDI AGAMA
Masa sebelum islam, khususnya di Jazirah Arab disebut masa jahiliyah. Istilah jahiliyah untuk dipakai untuk menandai masa ssebelum Nabi Muhammad SAW lahir. Term tersebut digunakan al-Quran untuk menunjukkan keadaan atau prilaku tertentu.
Sebutan jahiliyah diberikan kepada bangsa Arab yang pola kehidupannya bersifat positif. Mereka pada umumnya berkabilah-kabilah dan no maden. Mereka berada dalam lingkungan yang ummi (tidak mengenal baca-tulis) dan jauh dari peradaban, yang mereka hidup didalam kegelapan dan kebodohan. Akibatnya mereka sesat jalan, tidak menemukan nilai-nilai kemanusiaan, menyembah berhala, membunuh dengan dalih kemuliaan dan kesucian, memusnahkan harata kekayaan dengan perjudian, dan membangkitkan peperangan diantara mereka dengan alasan harga diri dan kepahlawanan.
Melihat kondisi tersebut, islam sebagai agama yang tidak datang kedalam “ruangan” dan kondisi yang kosong. Islam hadir kepada suatu masyarakat yang sudah sarat dengan keyakinan, tradisi dan praktik-praktik, nilai-nilai dan moralitas mereka. M. Quraish Shihab memberi catatan bahwa masyarakat jahiliyah yang dimaksud merupakan masyarakat pertama yang bersentuhan dengan islam, serta masyarakat pertama pula yang berubah pola pikir, sikap dan tingkah lakunya dalam kaitannya dengan konteks keislaman. Ira M. Lapidus menjelaskan bahwa mereka dalam kelompok keluaraga () dengan tradisi patriarkal. Hal ini islam ditinjau dari konteks geografisnya.
Dalam konteks sosiologis masuk pada periode klasik yaitu ketika Nabi Muhammad diutus Tuhan menjadi rasul. Namun ada pula yang berpendapat bahwa periode ini ditandai oleh peristiwa hijrah Rasulullah SAW ke madina (16 Juli 622 M). Karena pada saat ini eksistensi pemerintahan islam diakui
Nabi Muhammad SAW diutus dengan al-Qur’an sebagai penyangga utamanya. Oleh karena itu masyarakat jahiliyah sangat gandrung dengan kesusastraan. Maka, al-Qur’an diturunkan dengan bahasa sastra yang lazim dipakai oleh masyarakatnya. Hal ini didasarkan atas pertimbangan. Pertama, untuk menyesuaikan diri dengan tradisi masyarakatnya. Kedua, untuk menantang syair-syair jahiliyah. Menurut Komaruddin Hidayat, islam memiliki akar yang paling kuat dan terus berkembang dibanding agama lain. Didalam jantung tradisi itu terdapat al-Qur’an yang memiliki daya gereak keluar (sentrifugal), merasuki dan berdialog dengan budaya yang dijumpainya. Sebaliknya, ummat islam yang tinggal dan tumbuh dalam berbagai asuhan budaya baru berusaha mencari rujukan pada al-Quran dan tradiisi lama (sentripetal). Pentingnya upaya pembahasan dalam pemahaman terhadap islam ini diibaratkan oleh Amien A, dengan kebutuhan menemukan “ventelasi” untuk sebuah ruangan agar tidak terjadi “kepengapan”. Dan karakteristik islam sendiri sebagai agama yang terbuka dengan berbagai macam pendekatan.
Ketika islam noratif memasuki wilayah kesejarahan, antara yang satu dengan yang lain akan berbeda ekspresinya. Sebagai sontoh, pemikiran islam yang berkembang di Timur Tengah dalam babakan sejarah yang panjang cenderung dikuasai oleh pandangan yang menundukkan islam semata-mata sebagai norma.
B. URGENSI DAN SIGNIFIKANSI ISLAM
Agama adalah ibarat manusia. Untuk mengetahui perihal manusia, harus dipergunakan dua cara; Pertama, membaca ide dan pikiran yang bersangkutan yang tertuang dalam berbagai karangan, pernyataan dan pekerjaan. Kedua, mempelajari biografinya. Begitu pula halnya dengan agama; untuk mengenal agama harus dilakukan dengan mempelajari ide-idenya serta membaca biografinya. Menurut Mukti Ali, ide-ide agama terpusat pada kitab sucinya. Sedangkan biografi agama dapat ditemukan memalui sejra didalamnya.
Dalam konteks islam, untuk memahami agama ini bisa dilakukan penelitian atau studi agama dengan dua metode. Pertama, mempelajari taks-teks suci al-Qur’an yang merupakan himpunan dari ide dan output ilmiah dan literer yang dikenal dengan islam. Untuk menkaji teks-teks suci al-Qur’an , agar dapat memahami esensinya. Maka, penelitian mempelajari teks al-Qur’an dapat menggunakan pendekatan filologi. Al-Qur’an merupakan pesan Tuhan, erat kaitannya dengan agama agar tidak terjadi kesalah fahaman dalam menangkap pesan Tuhan. Ada tiga aspek yang bisa dijadikan objek kajian yang bersifat metafisis, terutama tentang Tuhan. Pertama, ungkapan-ungkapan yang digunakan untuk menjelaskan obyek pemikiran yang bers. ifat metafisi, terutama tenetang Tuhan. Kedua, bahasa kitab suci terutama bahasa al-Qur’an. Dan ketiga, bahasa ritual keagamaan.
Untuk mendapatkan makna atau pesan dalam teks al-Qura’an dengan tiga aspek tersebut dapat pula menggunakan beberapa pendekatan. Akan tetapi yang umum ada tiga pendekatan. Yakni, metode tafsir, contentanalysis, dan hermeneutika.
1. Metode Tafsir
Pendekatan filologi terhadap al-Qur’an adalah pendekatan atau metode tafsir. Metode ini merupakan metode tertua dalam pengkajian agama. Sesuai dengan namanya, tafsir berarti penjelasan, pemahaman dan perincian terhadap kitab suci, sehingga isi pesan kitab suci dapat dipahami sebagaimana dikehendaki Tuhan.
2. Pendekatan Filologi terhadap As-Sunnah (al-Hadits)
As-Sunnah secara etnologi berarti tadisi atau perjalanan. Sedangkan al-Hadits secara etmologis berarti ucapan atau pernyataan dan sesuatu yang baru. Dalam arti teknisbas-sunnah (sunnatur-Rasul) identik dengan al-Hadits. Pengantar Studi Islam IAIN Sunan Ampel Surabaya menjelaskan bahwa ada nama-nama lain selain yang dua tersebut yaitu al-khabar secara etimologis berarti berita. Secara khas al-khabarberarti sesuatu yang disandarkan kepada Nabi, sahabat dan tabi’in. Al-Atsarsecara etimologiadalah bekas sesuatu. Al-Zarksyi mengartikan al-atsar sesuatu yang disandarkan kepada sahabat saja. Sedangkan. Sedangkan menurut jumhur Muhadditsin istilah as-sunnah, al-hadits, al-khabar dan al-atsar adalah mempunyai pengertian yang sama (hal 40-43)
Memahami hadits sebagai salah satu sumber terpenting ajaran islam setelah al-Qur’an, niscaya memerlukan telaahh kritis, utuh, dan menyeluruh. Kajian termaksud difokuskan kepada amatan hadits yakni ddngan mencermati perbedaan sosial, kultural serta corak yang berkembang pada saat itu.
3. Pendektan Filologi Terhadap Teks, Naskah, dan Kitab-Kitab: Hermeniutika
Herminiutikasecaraetimologisberasaladari kata kerjahermeneuin: menyampaikanberita. Pengertian yang lebihluasdinyatakanoleh Stephen WL bahwahermeneutikastudy of understanding, especially by interpreting action and text.
Hermeneutikamerupakanmetodebahkanalirandalampenelitiankualitatifkhsusunyadalammemahamiteks, naskahdankitab-kitabsebagaifenomenabudaya, sosilabudaya.Fungsimetodehermeneutikaadalah agar tidakterjadidistorsipesanatauinformasiantarateks, naskahdankitab-kitab, penulis-penulisnyasertapembacanya.Karenaituuntukmemperolehpemaknaan yang lebihkomprehensif, terdapattigapusaran yang dijadikan starting point dan point of view yakniaspekkebahasaan, duniasendiri-sendiri yang salingmendukungatausebaliknyamembelokkanpemaknaan yang diberikan.
Kedua, mempelajaridinamika histioris yang menjadi perwujudan dari ide-ide islam, mulai dari diturunkannya misi islamtersebut, terutama masa Nabi Muhammad SAW, hingga masa akhir-akhir ini. Untukmengungkap kebenaran islam secara utuh dan menyeluruh, hal itu tidak dapat dilalui dengan pendekatan historis atau sejarah. Akan tetapi, apabila bicara sejarah tidak cukup hanya mengeathui perjalanannya saja antara agama dan ummat. Sebelum itu, sejarah tidak lepas dari kajian antropologis.
Untuk mempertaja studi dengan pendekatan sejarah dari aspek antropologi, dua karya yang sangat berbeda: The Golden Bough karya Sir James Frazer dan The Element Forms of Relegius Life karya Emil Durkheim. Seluruh agama sebagai bentuk sihir (magic) fertilitas. Dan Kristus juga suatu bentuk Raja-Tuhan yang meninggal untuk menjamin fertilitas ummatnya. Selanjutnya Frazer mengemukakan, suatu ekspresi dari keyakinan rasionalnya. Sejarah manusia melewati tiga fase yang secara berurutan didominasi oleh; magic (sihir), agama dan ilmu (hal. 145 dan 195). Apabila melihat apa yang dimukakan oleh Frazer , dalam konteks islam, tiga fase tersbut sudah terjadi pra-islam. Sejak Allah SWT menciptakan manusia yang pertama yaitu Nabi Adam AS, dan para Nabi setelahnya, salah satunya Nabi Musa AS, sebagaimana tertera dalam firman Allah (QS. Thaaha 17-23. 16). Menurut sejarah, ketika itu oaring-orang musyrik trbelalak dan mengira itu sihir. Sedangkan mengenai ilmu juga dijelaskan dalam al-Qur’an (QS. Al-Anbiya’: 74 dan 79. 17).
Berbeda dengan Durkheim yang lebih menekankan bahwa dasrany “tidak ada agama yang salah. Semua agama adalah benar menurut mode masing-masing. Semua memenuhi kondisi-kondisi tertentu dan eksistensi manusia. Meskipun dengan cara yang berbeda-bedaagma adalah satu hal, satu aspek kemanusiaan yang fundamental dan permanen (hlm.1). Jika asumsi Durkheim demikian, islampun menegaskan – tidak mewajibkan untuk beragama islam - sebagaimana dalam QS. Al-Kaafirun: 6;30)
Pendekatan sejarah diamksudkan agar dapat diketahui bagaimana ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW ersebut diketahui secara utuh bagaimana awal mmula masyarakat menerima ajaran tersebut dan selanjutnya bagaimana agama mewarnai pola hidup pengikutnya hingga bagaimana agama ini berinteraksi dengan berbagai ummat manusia yang berlatar belakang berbagai budaya dan etnis. Menurut Ibnu Khaldun, dilihat dari sisi dalamnya, sejarah merupakan suatu penalaran kritis dan usaha yang cermat untuk mencari kebenaran, suatu penjelasan yang cerdas tentang sebab-sebab adanya asal usul segala sesuatu. Suatu pengeathuan yang mendalam tentang bagaiman dan mengapa peristiwa itu terjadi. Winarno Surakhmad, pendekatan sejarah ”merupakan proses uang meliputi pengumpulan dan penafsiran gejala, peristiwa atau gagasan yang timbul pada masa lampau untuk menemukan generalisasi yang berguna dalam usaha memahami realitas-reaitas sejarah, malahan juga dikatakan dapat digunankan untuk memahami masa situasi sekarang serta dapat pula untuk meramalkan yang akan dating. Beberapa hal diuraikan diatas, tidak lain adalah bagaimana memahami islam secara utuh dan menyeluruh. Karena hal itu, dibutuhkan studi islam untuk mengetahi dibalik sejarah tersebut khusunya perkembangan agama islam. Maka disinilah letak urgensitas studi islam
Mengupastentangislamtidakterlepasdarikondisisebelumnya (pra-islam) dimanakeyakinankepada Allah SWT sudahdilakukansejakpertma kali manusiadiciptakanyakniNabi Adam AS. Sejarahsebelumislammerupakanfase-fasepenyempurnaan agama Allah (tauhid) sampaikeada Muhammad diutusmenjadiNabisekaliguRasul. Kemudiandimasatersebutmerupakanmuaranya agama Allah sebagai agama tauhidmenemukanprinsipnyadanberkarakter. Dan padamasaitu pula, agama Allah disebut agama islam. Karenadalamperjalanansejarahnyatelahmengentaskanbangsa Arab dengankondisijahiliyahkejalanmenujukebenaran.Tetapi agama islamdalamperkembangannya, memulaisejarahbaruhinggasaatinibahkansamapainantiharikiamat.
Islam eratkorelasinyadengan agama-agama lain. Tetapiislamtidakhanyamenjadi agama pembedadari agama-agama lain melainkanjugapembedadari ritual ibadah yang dibawaolehparanabidanrasulsebelumnya – dalamkonteksdankarakternya – danNabi Muhammad SAW. Perbedaanituterlihatpadauniversalitasislamterhadap agama-agama yang lain. Maksudnyaislammampumenjawabsegalatantanganzaman. Karenasetiap agama mempuyaikitabsucimasing-masingsebagai legal formalnya.Makaislamdengan al-Quran sebagai legal formalnya.
Selain agama islamsebagai agama terbesardidunia. Makabagaimanaislamtetapberkembangsebagaimanamestinyadanmampumenjawabsetiaptantanganzaman agar fleksiblelitaseksistensinyadenganuniversalitasnya yang merupakankarakterdariislamitusendiritetapterjaga. Dalammembentengieksistensidanuniversalitasitu, dilakukannyastuditerhadapislamitusendiri. Tujuannyaadalah agar islamsanpaidan bias dterimasecarautuhdansempurnaummatnya. Urgensidansignifikansistudi agama islamterletakpadatujuandankarakter yang adapada agama islamitusendiri. Hal itu bias dilakukandenganbeberapacara. Pertama, mempeljariteks-teks al-Quran dan al-Hadits yang merupakan idedanout putilmiahdanliterer yang dikenalislam. Kedua, mempelajarihistoris yang menjadiperwujudandari ide-ide islammulaidaripemulaannyaditurunkannyamisiislamtersebut, trutamamasaNabi Muhammad SAW hinggadewasa ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar