Senin, 29 Juli 2013

The Journey of Student Part I

Pemerintah negara Indonesia masih punya pekerjaan yang belum terselesaikan, yaitu kemiskinan, kemiskinan bangsa Indonesia tidak hanya karena kemiskinan secara ekonomi tetapi juga moralitas bangsa. Namun yang memicu terjadinya kekerasan adalah kemiskinan ekonomi. Ketika kondisi demikian semakin berlarut dampaknya lumayan besar terutama dimasyarakat pedesaan dan kerasnya kehidupan kota, salah satunya adalah pemuda yang cenderung untuk tidak melanjutkan pendidikan. Dalam mencari penghasilan ini caranya yang berbeda, terkadang tidak menyadari posisinya.
إِرَادَتُكَ التَّجْرِيْدَ مَعَ إِقَامَةِ اللهِ إِيَّاكَ فِى الاَسْبَابِ مِنَ الشَّهْوَةِالخَفِيَّةِ، وَإِرَادَتُكَ الاَسْبَابَ مَعَ إِقَامَةِ اللهِ إِيَّاكَ فِى التَّجْرِيْدِ إِنْحِطَاطٌ عَنِ الْهِمَّةِ الْعَلِيَّةِ
Keinginanmu untuk melakukan at-tajrid (yaikni meninggalkan usaha-usaha mencari rezeki) sedangkan Allah mendirikanmu didalam al-asbab (yakni melakukan usaha-usaha mencari rezeki) adalah syahwat yang tersembunyi. Dan keinginanmu untuk (berkecimpung dalam) al-asbab sedangkan Allah mendirikanmu dalam at-tajrid pula adalah penurunan dari pada himmah (aspirasi) yang tinggi.
Saat ini kondisi itu dirasakan oleh kebanyakan mahasiswa yang secara ekonomi keluarga tidak mampu, tapi memunyai kemuan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Kondisi ini pun menjadi bagian dari perjalanan hidup mahasiswa khususnya mahasiswa perantau. Idealnya mahasiswa itu, tidak ada lagi selain belajar dan belajar. Kondisi ini pula yang membuat mahasiswa tersebut berfikir untuk mencari pekerjaan guna manyambung hidup ditanah rantau. Sementara dalam mencapai apa yang telah menjadi cita-cita awal mahasiswa memasuki kampus sudah ditancapkan dalam hati dan siap memikul dipundaknya. Salah satu maqolal hukama, menjadi renungan bagimahasiswa, “مَنْ سَارَ عَلَى الدَّرْبِ وَصَلَ“(barang siapa yang berjalan dijalannya maka akan berhasil). Kata “من” mempunyai bernacam makna salah satunya pelajar atau mahasiswa. Jika apa yang diinginkan dalam belajar tercapai dengan sukses maka harus sesuai dengan jalannya-lurus jangan menoleh pada hal yang akan menghambat perjalanan-maka kesuksesan pasti tercapai. Dan untuk mencapai padaوَصَلَtersebut maka untuk membentengi jalan tersebut yakni pertama niat, karena apa pun tanpa didasari niat yang kuat maka sesuatu terebut tidak akan pernah tercapai dengan sempurna. Kedua tabayyun (klarifikasi), menghadapi tantangan zaman yang semakin hari mengalami value shift-pergeseran nilai-maka mahasiswa tidak serta merta menyerap atau mengambil yang terbaik dari apa yang dilihat dan didengar. Misalnya, dunia teknologi saat ini yang telah mampu menjadi candu bagi pemuda, dengan adanya teknologi yang canggih dan maraknya jejaring sosial jika tanpa lepas kontrol atau tabayyun, maka berakibat fatal bagi pemuda tersebut. Satu hal, sesuai kondisi yang dirasakan mahasiswa perantau, jika ingin bekerja paruh waktu harus tabayyun apakah dengan bekerja paruh waktu tidak menjadi hambatan bagi proses belajarnya. Ketiga ikhlas, makna dari ikhlas sangat banyak ada yang mengartikan menerima apa adanya terhadap apa yang dimiliki, akan teteapi menjadi berbeda dalam dunia pendidika, yaitu fokus, menjalani apa yang menjadi kewajibannya jika seorang mahasiswa maka yang menjadi fokusnya adalah belajar dan berproses.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar